BABEL, RADARBAHTERA.COM – Jika mendengar kata Moderasi, apa yang ada dibenak dan pikiran teman-teman? Sebatas menghargai atau toleransi dengan agama tertentu saja. Perkenalkan saya Putri Anggun, saya diberi kesempatan dan jalan oleh Allah, orangtua, dosen dan kemauan yang kuat dari saya sendiri. Beberapa cara dan kegagalan yang saya hadapi ketika mendaftarkan KKN di semester 4 kemarin. Saya dari prodi pendidikan agama Islam, fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung. Anak pertama dari Bapak Peri Irawan dan Ibu Elisa asal Koba, Bangka Tengah tersebut berani menjadi salah satu delegasi dari Bangka Belitung yang lolos seleksi untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Moderasi Beragama ke-IV se-Indonesia tahun 2024 di Kuningan, Jawa Barat pada 15 Juli-25 Agustus 2024 lalu.
Setelah melewati gagal seleksi untuk mengikuti KKN Melayu di Langsa, Aceh. Saya mencoba mengikuti KKN Reguler di Belitung Timur dan lolos di Desa Pembaharuan. Namun, saat ada pemberitahuan ada pembukaan KKN Nusantara dan Internasional di Malaysia, saya segera menyiapkan berkas dan mengikuti tahapan seleksi kembali. Saat pengumuman, saya lolos di Kuningan, Jawa Barat. Ketika itu, langsung memberi tahu orang tua untuk memberi izin kepada saya mengikuti KKN di luar daerah. Rasa haru dan bahagia campur aduk kala itu, setelah proses yang cukup membuat kecewa, ternyata ada rencana Tuhan yang indah sudah dipersiapkan untuk saya. Dan saya sontak bersyukur dan sadar dengan segala takdir yang diberikan kepadaku.
Memulai persiapan mulai dari bekal ilmu dan pengalaman yang didapat selama di kampus dan beberapa amunisi yang harus disiapkan. Awalnya saya tidak menyangka bisa lolos, karena rata-rata yang ikut itu banyak dari semester 6. Lagi dan lagi, saya merupakan satu-satu peserta termuda di kelompok KKN terpilih se-Indonesia. Kuliah kerja nyata (KKN) yang saya ikuti ini bukan KKN biasa, namun diikuti oleh seluruh PTKN dari Aceh sampai Papua. Sungguh takjub dengan beragam perjuangan dan pergerakan teman-teman perwakilan dari Sabang sampai Merauke. Mereka adalah orang-orang pilihan yang berkesempatan sama seperti saya. Dengan latar belakang bahasa, suku, agama, makanan, adat, kebiasaan, organisasi yang berbeda-beda membuat kami bisa saling memperkenalkan ciri khas daerah masing-masing. Walaupun awalnya saya cukup risau dengan persiapan KKN ini karena belum pernah merantau jauh dari orang tua, dan juga cemburu melihat keseruan teman-teman yang sudah duluan berangkat KKN Reguler di Belitung Timur dan Bangka Barat. Tapi, setelah saya beberapa hari disini, saya sungguh merasa bahagia bisa mendapatkan relasi dan sahabat yang baik seperti mereka. Mempunyai keluarga kedua yang jauh dari rumah dan menjadi teman keseharian, teman perjuangan dan teman untuk menyukseskan KKN Nusantara Moderasi Beragama ke-IV se-Indonesia ini.
Adapun tema dari KKN tersebut mengusung tentang Moderasi Beragama dan jargonnya yang berbunyi “Harmoni Bersama Umat Beragama”. Saya bersyukur bisa tergabung dalam kelompok 5 di Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ketertarikan saya untuk KKN disini sangat terbayarkan, karena masyarakat yang juga sangat ramah dan baik kepada kami mahasiswa KKN Moderasi Beragama (MB) ke-IV Se-Indonesia.
Setibanya saya di Kantor Kecamatan untuk registrasi, saya disambut baik oleh panitia disana. Suasana dan cuaca sudah mulai terasa berbeda, karena disana dekat dengan kaki pegunungan Ciremai. Lalu, saya berkenalan dengan para peserta yang juga baru sampai dari berbagai daerah. Setelah itu, saya mencari rombongan kelompok Sukamulya agar bisa langsung beranjak ke pemondokan. Saat ketemu, saya pun berpamitan dengan dosen pendamping dan teman-teman kampus saya yang berbeda desa.
Sembari di perjalanan, saya juga berkenalan dengan teman-teman di angkot. Ada yang dari Bali, Kalimantan, Jambi, Kediri, Lombok, dan lain-lain. Sesampai di pemondokan, kami langsung berkumpul dan saling bercengkrama seolah-olah kami teman lama yang reuni kembali. Padahal kami orang yang baru berkenalan dan rasanya asik sekali bisa bercerita perjalanan masing-masing sambil bertukar makanan khas daerah. Setelah itu, kami istirahat karena besoknya ada acara pembukaan di Pendopo Bupati Kuningan.
Saya juga harus hadir pada pembukaan tersebut untuk menjadi perwakilan kampus dari Bangka Belitung. Pembukaan KKN Moderasi Beragama ke-IV SE-Indonesia pagi itu sangat berlangsung dengan meriah. Terdapat penampilan kesenian daerah khas Kuningan, Paduan suara yang memukau dan dihadiri langsung oleh pejabat seperti PJ bupati Kuningan, jajaran rektor dari berbagai universitas, perwakilan peserta KKN MB seluruh PTKN serta dibuka langsung oleh Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. H. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag.
KKN yang diikuti oleh 281 mahasiswa yang berasal dari 63 perguruan tinggi keagamaan mewakili setiap provinsi se-Indonesia. Untuk wilayah sendiri, ada 6 titik yang menjadi lokasi KKN MB IV ini yakni di Kelurahan Cisantana, Cigugur, Sukamulya, Babakan Mulya, Desa Cileluleuy dan Desa Cipari. Kuningan, menurut saya tidak salah menjadi lokasi KKN Nusantara dengan tema tersebut. Karena daerah ini terkenal dengan daerah yang plural, banyak keyakinan (agama) yang diyakini masyarakatnya. Sehingga saya bisa belajar banyak tentang cara mengahargai perbedaan, toleransi dan bisa hidup rukun tanpa perselisihan.
Wilayah yang menjadi contoh untuk mencerminkan toleransi sangatlah tinggi disana. Kita juga bisa menggambarkan daerah ini layaknya miniatur pluralisme di Indonesia dengan segala kemajemukan dan ragam etnis, suku bangsa dan kepercayaan hidup yang membentuk simfoni hidup dengan rukun.
Dalam KKN kali ini, kami menggunakan sistem SISDAMAS atau sistem pemberdayaan masyarakat, dimana ada 4 siklus yang digunakan dalam sistem tersebut. Dalam waktu 40 hari saya dan teman kelompok yang sudah dibagi per-RT dan harus berhasil menyelesaikan siklus-siklus tersebut. Adapun 4 tahapan siklus KKN SISDAMAS yaitu; Tahap 1 yaitu sosialisasi awal, rembug warga dan refleksi sosial, Tahap 2 yaitu pemetaan sosial dan pengorganisasian masyarakat, Tahap 3 yaitu perencanaan partisipatif dan sinergi program, dan Tahap 4 yaitu pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi.
Proses demi proses yang kami jalani, mulai dari siklus 1 yaitu sosialisasi dan rembug warga telah dilaksanakan. Setelah itu kami melanjutkan ke siklus-2 yaitu pemetaan sosial. Dalam pemetaan sosial tersebut, saya dan teman-teman melakukan sensus atau pendataan ke rumah-rumah warga di RT 3. Kurang lebih ada sekitar 80 rumah atau sebanyak 118 kartu keluarga (KK) yang jadi sasaran kami untuk dilakukan pendataan. Tidak hanya data yang kami perlukan di siklus ke-2 ini, tapi juga ada pencocokkan data, pemutakhiran data, mendata melalui google form, memasukkan data ke dalam spreadsheet, looker studio, dan juga terakhir yaitu GIS.
Siklus 2, menurut kami adalah siklus yang cukup menguras tenaga, karena hal tersebut menghabiskan waktu yang cukup panjang. Harus ke rumah warga satu per satu, mendata semua anggota keluarga dengan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan di google form. Karena ingat akan tujuan dan niat awal kesini, segala bentuk suka dan duka harus dilalui. Tak bisa dipungkiri, akhirnya saya juga turut tumbang sedikit, karena lelah yang berlebihan. Tapi itu semua hal yang harus kami hadapi dan harus tetap bergerak untuk menyelesaikan tugas pada siklus 2 ini. Karena bagi kami yang sudah dimulai harus bisa diselesaikan dengan tuntas. Belum lagi dengan tugas pengabdian yang sudah dibagi jadwal mengajarnya di SDN 1 Sukamulya, MTS/SMK Plus Pertiwi Kuningan, Pramuka, DTA Ar-Rahman, Pondok Pesantren, RA Ar-Rahman, Eskul Angklung, pengajian mu’alaf, panen dengan Ibu kelompok wanita tani (KWT), belajar kesenian gong renteng, pendampingan UMKM, Rumah Zakat, Posyandu balita, kajian RT, SLB dan masih banyak lagi kegiatan bersama Karang Taruna Caturangga dan masyarakat Kelurahan Sukamulya.
Minggu ke-3 kami sudah mulai disibukkan dengan perencanaan proker pemberdayaan dan kegiatan di bulan Agustus yang lumayan banyak. Mulai dari kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN), HUT RI ke-79, Hari Jadi Kuningan ke-526, sekaligus Hari Jadi Sukamulya ke 284. Ada banyak perlombaan yang melibatkan mahasiswa KKN sehingga kami turut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan tersebut.
Selain itu, ada juga kegiatan ziarah makam leluhur Sukamulya, Bazar UMKM, Pentas Seni, Karnaval Kemerdekaan, jalan sehat dan pertunjukkan wayang sekaligus penutupan PHBN. Sungguh lelah, tapi saya bahagia, melewati itu semua bersama dengan mereka yang tau artinya kebersamaan dan kekeluargaan. Andai saja diantara kami ada yang sakit, dengan sigap mereka menjenguk, saling support, dan masih bisa bercanda tawa menghibur temannya yang sedang kesusahan.
Mungkin waktu 40 hari terasa begitu lama sebelum aku mengenal satu sama lain, namun sangat singkat ketika waktu terus berjalan dan kami sudah saling menganggap seperti keluarga sedarah. Padahal berbeda orangtua. Ah sudahlah.. aku tidak sanggup merindukan kalian, kita harus berjanji dan segera menyelesaikan perkuliahan yang sudah kita mulai. Agar kedepannya kita bisa reuni dan bertemu kembali, entah di Sukamulya atau 49 daerah teman-teman semua. Disela-sela kesibukan kami, tidak lengkap jika tidak mengunjungi beberapa wisata dan cagar budaya yang ada di Kabupaten Kuningan. Saya sendiri sudah mengunjungi Botanica di Puncak Cisantana, Gua Maria, Paseban Tri Panca Tunggal, Waduk Darma, Telaga Biru Cicereum, Balong Girang Cigugur atau Kolam Ikan Dewa, dan Perundingan Linggarjati. Kisah selama perjalanan menuju ke tempat-tempat Sejarah dan wisata ini kami lalui dengan banyak cerita. Kalo saya tidak KKN Nusantara, saya gaakan bisa merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan ini dan ga akan bisa menjadi teteh Sunda serta tampil nyanyi di daerah orang dengan lagu Mojang Priangan dan Peyeum Bandung hehe.
Kepercayaan, adat dan tradisi disana sangatlah banyak, namun satu hal yang saya pahami, tingginya nilai toleransi disana tidak terkalahkan dengan banyaknya perbedaan tersebut. Bahkan, masyarakat tidak pernah mendengar adanya keributan dikarenakan agama. Dan yang membuat saya tertarik, ada cerita dari salah satu tokoh wanita gereja yang mengatakan jika bulan puasa, terkadang gereja juga turut menyuarakan tanda atau saung untuk membangunkan masyarakat untuk sahur. Begitupun saat hari raya natal atau lebaran, mereka saling mengantarkan makanan, menjaga lalu lintas orang yang sedang solat ied di masjid. Setelah itu, mereka seolah menyambut dan saling bermaaf-maafan antar umat muslim dan non muslim usai solat ied. Bukan bermaksud untuk membeda-bedakan, terkadang di daerah kami, toleransi antar umat beragama, sangat jauh berbeda, jangankan antar umat beragama, terkadang yang satu agama saja masih banyak selisih faham. Sepatutnya, kita belajar dari Sukamulya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan ini.
Mereka tetap bersatu tanpa mengusik satu sama lain. Dalam satu keluarga saja, ada yang sampai menganut 3 agama yang berbeda. Itulah yang menjadi suatu poin plus bagi kami para mahasiswa KKN Moderasi Beragama. Malu, jika diantara kami ada yang tidak bisa menghargai perbedaan yang ada, walaupun dalam kelompok kami juga ada yang beragama Hindu. Di suatu malam, kami pernah berdiskusi tentang agama-agama yang ada di Indonesia. Mendengar pembahasan dari teman-teman yang salah satu diantara kami juga mengampu prodi studi agama-agama. Jadi, kami antusias saling berbagi cerita tentang bagaimana kami menjalani ibadah dan kepercayaan kami masing-masing.
Eittsss.. saya hampir lupa menjelaskan pemberdayaan apa yang kami lakukan disana. Saya sedikit saja menceritakan tentang proses pemberdayaan yang kami lakukan. Karena terbagi menjadi kelompok yang fokus pada pengabdian, namun saya tetap membantu pemberdayaan yang teman-teman lakukan tanpa mengurangi fokus saya. Karena menurut saya, waktu itu tidak akan terulang kembali.
Ada 3 pemberdayaan yang kami lakukan yaitu sarapan bergizi gratis atas kolaborasi antara rumah zakat dengan dapur gizi, talkshow UMKM untuk menghidupkan dan memberi peluang serta motivasi bagi masyarakat Sukamulya agar tidak terjerat pinjaman Bank Emok dan pendirian sanggar seni di Kelurahan Sukamulya. Banyak pertimbangan mengapa kami memilih 3 pemberdayaan tersebut. Sesuai potensi yang ada di tiap-tiap RT, kami menyimpulkan bahwa 3 hal ini yang perlu dikembangkan dan berdayakan agar menjadi kegiatan yang berkelanjutan di kelurahan tersebut.
Hingga akhirnya, tiba masanya kami memasuki hari-hari perpisahan. Satu persatu tiap RT saling silaturahmi kembali untuk pamit dan berterimakasih. Tidak hanya anggota kelompok itu saja, tapi anggota kelompok dari RT lain ikut diundang agar semua mahasiswa lain juga bisa dikenal oleh masyarakat. Memasuki 5 hari terakhir kami di Sukamulya, rinai air mata rasanya membanjiri mata setiap kami berkumpul hangat pada malam hari. Mulai dari perpisahan dengan RT. 7 di dekat posko kami, saya cuma bisa menyumbangkan puisi dengan iringan gitar dari teman dari Bandung. Wah..itu benar-benar rapuh ketika saya menghayati pembacaan tiap lariknya. Effort yang disiapkan dari warga RT tersebut juga banyak sekali mulai dari prepare makanan, lokasi, alat, dan warga yang berbondong-bondong turut menyaksikan perpisahan kami, namun nampaknya mereka ikutan sedih melihat kegiatan KKN sudah akan berakhir.
Hari esoknya juga, masih dengan momen perpisahan dengan RT yang lain. Dan hari yang tidak ditunggu-tunggu pun tiba, 24 Agustus 2024, hari penutupan dan ekspos hasil KKN Moderasi Beragama. Semua peserta KKN Moderasi Beragama ke-IV se-Indonesia hadir dan menunggu pengumuman juara dari masing-masing kelompok. Finally, kami dari Kelurahan Sukamulya mendapat juara nominasi kelompok Terbaik Penggalian dan Pengembangan Potensi Masyarakat.
Penghargaan itu bagi kami, sebuah pencapaian bersama atas kerjasama, kolaborasi dan kerja keras yang kami persembahkan untuk DPL, Bapak Dr. H. Rohmanur Aziz, S.Sos.I., M.Ag. dan Kelurahan Sukamulya.
Usai ditutupnya KKN Nusantara 2024 ini, kami kelompok 5 dari Kelurahan Sukamulya kembali melanjutkan dengan perpisahan dengan seluruh masyarakat Kelurahan Sukamulya.
Malam itu, Kordes kami kembali menitiskan air mata ketika memberikan sambutan. Suasana haru pecah malam itu, kedatangan kami dari daerah yang berbeda mengantarkan kami pulang kembali ke daerah kami masing-masing.
Dengan modal semangat, niat, amunisi dari orang-orang terdekatku, doa, nasehat mereka yang aku bawa sebagai bekal KKN. Aku Cuma bisa mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orang tuaku atas izinnya, kepada Rektor IAIN SAS Babel, Bapak Dr. Irawan, M. Si, Warek III, Bapak H. Misdar, M. Ag, Ketua LP2M, Bapak Dr. Suparta, M. Ag., yang paling special Bunda Nelly Sanawiyah, S. Sos., M. M dan Bu Dr. Noblana Adib, M. Pd.I., M.A yang sudah mengantar, memonitoring serta menjemput peserta KKN Nusantara, khususnya apresiasi tertinggi kepada Ibu dan Bunda, semoga apa yang dilakukan menjadi amal baik dan ganjaran yang berlipat ganda. Kalian terbaik dimata kami. Terimakasih atas kesempatan dan kepercayaannya sudah memilih saya mewakili kampus hijau tercinta. Tak lupa ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bunda Eva Algafry selaku Ibu Bupati Bangka Tengah, Mbak Ayi Puspasari, Kades Nibung, rekan-rekan jurnalis yang selalu setia menjadi support systemku, teman-teman organisasi juga, mungkin jika dijabarkan, aku takkan bisa menceritakan secara detail apa yang aku rasakan saat KKN disana. Karena begitu banyak secercah memori yang takkan bisa dilupakan. Dengan ilmu dan pengalaman yang saya tempuh selama kuliah, dengan bekal tersebutlah saya bisa terjun langsung melalui Kuliah Kerja Nyata Moderasi Beragama ke-IV se-Indonesia.
Melihat pluralisme yang datang dari segala penjuru daerah yang terpilih untuk mengabdi di Kota Kuda ini. Bertemu dengan orang-orang baik yang bisa menyambut hangat kami dengan tangan terbuka lebar. Semoga goresan cinta yang kami torehkan untuk masyarakat Sukamulya ini bisa membekas dan terpatri di hati sadayana.
Kelurahan Sukamulya?
Jaya, Jaya, Jaya, Menyala Kelurahanku..
Salam Toleransi, Salam Moderasi.