Perempuan Penjaga Hutan Sumsel Perkuat Aksi Inklusif Lewat Program Women Forest Defender

PT Timah Dukung Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemakaman Tanjung Ratu
Oktober 22, 2025
SMPN 4 Rambang Kuang Memprihatinkan, Janji Renovasi dari Pemkab OI Tak Kunjung Terwujud
Oktober 22, 2025

SUMSEL, RADARBAHTERA.COM – Ratusan peserta antusias mengikuti kegiatan bertajuk “Women Forest Defender (WFD)” yang digelar oleh Forum Perempuan Penjaga dan Pengelola Hutan Indonesia (FP3HI) Sumatera Selatan bekerja sama dengan Pilar Nusantara (PINUS) Sumsel dan The Asia Foundation (TAF).

Acara berlangsung selama dua hari di Hotel Grand Daira Palembang, 16–17 Oktober 2025.

Direktur PINUS Sumsel, Yunita Sari, mengatakan bahwa perhutanan sosial bukan sekadar soal akses kelola, tetapi juga menyangkut keadilan dan keberlanjutan.

“Keterlibatan perempuan dan generasi muda adalah kunci agar perhutanan sosial tidak berhenti pada izin, tetapi benar-benar hidup dan berdampak pada kesejahteraan keluarga serta kelestarian hutan,” ujarnya.

Mengusung tema “Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan: Dari Komitmen ke Aksi untuk Perhutanan Sosial yang Inklusif di Sumatera Selatan,” kegiatan ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari kelompok perempuan penjaga hutan, pemerintah daerah, lembaga donor, sektor swasta, media, serta pelaku usaha kopi dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari berbagai kabupaten di Sumsel.

Yunita menambahkan, inisiatif WFD bertujuan memperkuat kapasitas perempuan di tingkat tapak melalui pelatihan pengelolaan hutan, kewirausahaan hijau, dan pemantauan hutan partisipatif.

“Selama lebih dari satu dekade, The Asia Foundation terus belajar agar kerja-kerjanya responsif terhadap kebutuhan perempuan di komunitas, tanpa meninggalkan peran laki-laki,” tambahnya.

Perwakilan The Asia Foundation, Pardede, menilai bahwa solidaritas dan kepemimpinan perempuan di akar rumput merupakan contoh nyata aksi iklim.

“Mereka bukan hanya bagian dari cerita tentang dampak perubahan iklim, tetapi juga bagian penting dari solusi melalui pengelolaan hutan sosial,” katanya.

Dukungan juga datang dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Perwakilan Gubernur Sumsel, Zulkarnain, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

“Pemprov Sumsel mendukung penuh langkah FP3HI dalam memperkuat peran perempuan dan generasi muda di perhutanan sosial. Sinergi seperti ini penting untuk memastikan pengelolaan hutan berjalan inklusif, adil, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Saat ini, FP3HI Sumsel menjadi wadah bersama bagi perempuan penjaga dan pengelola hutan dari berbagai kabupaten seperti Muara Enim, Lahat, Banyuasin, Musi Banyuasin, Pagaralam, OKU, Empat Lawang, dan Musi Rawas.

Forum ini berperan memperkuat kepemimpinan perempuan serta advokasi kebijakan yang berpihak pada masyarakat di tingkat tapak.

Selain diskusi panel, kegiatan juga menampilkan talkshow “Dari Komitmen ke Aksi” dan pitching bisnis kopi serta HHBK oleh lima Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) perempuan.

Produk-produk inovatif yang ditampilkan antara lain kopi petik merah premium, parfum kopi, lilin aromaterapi, masker kopi, hingga kerajinan bambu.

Perwakilan FP3HI Sumsel, Ani Tasriah, menyebut kegiatan ini sebagai ruang konsolidasi perempuan penjaga hutan.

“Forum ini bukan hanya tempat berbagi, tapi juga wadah agar suara kami didengar dalam kebijakan perhutanan sosial. Dari hutan kami belajar, dari kebersamaan kami menguat,” ujarnya.

Dari Desa Tenam Bungkuk, Pitriwati dari KUPS Beringin Jaya menuturkan perubahan besar yang dirasakan.

“Dulu kami hanya membantu suami di kebun. Sekarang kami punya usaha sendiri dari hasil hutan, belajar mengolah kopi dan lilin aromaterapi, lalu menjualnya ke pasar yang lebih luas,” katanya.

Sementara itu, Tessa Pranisti, generasi muda asal Desa Kota Padang, menegaskan pentingnya keterlibatan anak muda.

“Anak muda tidak boleh diam. Kami ikut memantau hutan, menjaga sumber air, dan membuktikan bahwa generasi muda bisa menjadi garda depan pelestarian hutan,” ujarnya.

Kegiatan dua hari ini ditutup dengan pemilihan struktur baru FP3HI Sumatera Selatan dan penyusunan rencana kerja 2025–2027 yang berfokus pada penguatan usaha perempuan, perlindungan hutan, serta advokasi kebijakan yang berkeadilan gender. (tk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *